Taruhlah bahwa pusat dari maiyah adalah caknun sebagai "perantara wahyu" bagi jamaah nya. Yg datang, berbicara, ngobrol, menyesuakan diri dengan kapasitas mindset dan kondisi ruang-waktu mereka. Jaman berubah. Ketika retorika2 caknun tak lagi cukup atau katakan lah sudah terlalu oldfashion utk mengisi ceruk kepala audiens maiyah yg juga, seperti jaman, juga berubah, maka kedatangan seorang penerus, seorang "mesiah" diharapkan hadir. Mesiah dalam konteks mas sabrang ini bukan person yang hendak melawan kejahiliyaan jaman sebelumnya tapi seorang individu yang kita andaikan bisa menjadi seorang yang RAGING AGAINTS THE MACHINE. Seorang yg datang menyelamatkan, memberi pencerahan bagi manusia dari kekacauan abad mesin. Abad materialisme. Abad matematika. Bukan lagi abad mistisme dan irasionalitas. Mas SABRANG MOWO DAMAR PANULUH, hadir tepat pada waktunya, saya kira. seperti penafsiran dari nama lengkapnya: MENYEBRANGI BARA API UNTUK KEMUDIAN MENJADI CAH
Kecantikan selalu menghunuskan pisau. seperti senja yang menancapkan satu jawaban yang tak mungkin bisa ku ucapkan lagi padamu. tak mungkin bisa ku tuliskan di lembaran pakaian dalam mu.